Kelas 2 SMA, Pinter, Tinggi, Anak Karate sabuk hitam, Populer di sekolahnya. Itulah Randy seorang cowok kelas 2 SMA yang banyak di taksir cewek-cewek di sekolahnya. Randy ibaratkan seorang pangeran, tetapi ada seorang cewek yang memendam dalam perasaan kepada Randy. Lisa, cewek yang gak jelek, manis dan cukup Pinter. Lisa terkenal baik sama teman-teman sekelasnya. Lisa ini naksir banget sama Randy, tapi terkadang setiap ngeliat Randy pasti dia selalu berpikiran, bisa gak ya Randy jadi pacar gue? Atau gak, bisa gak ya Randy suka sama gue?. Hanya kedua pertanyaan tersebut yang selalu muncul di pikiran Lisa, setiap memandang Randy yang selalu di kerumunin banyak cewek-cewek disekolahnya.
Terus menerus Lisa hanya memandangi Randy dari depan kelas. Hingga suatu saat Randy dan Lisa sama-sama terlambat. Di sekolahnya bagi yang terlambat lebih dari 15 menit akan membereskan perpustakaan sekolah. Lisa memberanikan diri untuk menyapa Randy dan mencoba mengakrabkan diri dengan Randy.
“hey, kok kita bisa sama-sama terlambat ya”, tegur Lisa
“jodoh kali ya”, jawab Randy sambil tersenyum ke arah Lisa
“emang mau kalau jodohnya gue?”
“boleh-boleh aja, kan Johan”
“Johan? Johan siapa?”, tanya Lisa dengan muka bingung
“Johan itu mantan gue”, sambil membetulkan letak buku yang berantakkan
“hah? Loe homo ya? Kok bisa sih?”, Lisa sedikit kaget dan menatap Randy dengan serius
“iya gue lagi nungguin Johan gue”, jawab Randy dengan terus membetulkan letak buku yang berantakkan
“serius, loe bukannya banyak di kerubutin cewek-cewek ya?”
“ya ampun, loe tuh lucu ya. Lucu banget”
“maksud loe?”
“Johan itu Jodoh di tangan Tuhan”, sambil melihat wajah Lisa
“heh”, menghela nafas panjang
“kenapa loe?”, masih melihat wajah Lisa
“gue kira beneran, untungnya aja gak. Hehe”, melihat wajah Randy
“loe naksir sama gue ya?”, tanya Randy dengan pede yang tinggi
“waw pertanyaanya menantang sekali untuk dijawab”
“menantang? Emangnya gue lagi ngasih loe tantangan apa”
“tau ah”, mulai mengerakkan kemocengnya dan membersihkan rak buku yang berdebu.
“kalau boleh tau nama loe siapa?”
“gue Lisa”
“anak kelas mana?”
“kelas 2-4”
“waw. Bosen juga yak beresin buku sebanyak ini”
“biar gak bosen gimana kalau sambil main teka-teki?”, tawar Lisa sambil tersenyum ke arah Randy
“boleh, tapi loe duluan yang ngasih pertanyaannya”
“ok. Kalau loe pergi ke Bandung ada berapa belokkan?”
Bepikir sambil melihat wajah Lisa
“kalau lewat puncak mungkin ada 7 lebih belokkan”
“buset banyak banget tuh belokkan”
“ya kan nanjak, itu bukan jawabannya?”
“bukan”
“nah loh terus apaan dah?”, tanya Randy penasaran
“ada 2 belokkan. Kanan sama Kiri”, sambil tersenyum ke arah Randy
“haha, betul juga ya. Gila gue di begoin. Haha lucu juga loe ya, besok-besok telat bareng lagi yuk biar gue bisa becanda lagi sama loe”
“bah, ngarep. Kalau mau main aja ke kelas gue”, tawar Lisa
“boleh-boleh nanti pas istirahat gue bakalan main ke kelas loe”
“silakan dengan senang hati”
Setelah berbincang cukup lama, akhirnya guru piket pun memanggil mereka berdua. Menyuruh mereka berdua untuk masuk kelas. Randy dan Lisa pun masuk ke kelas masing-masing, dari perbincangan singkat tadi Randy merasa nyaman sekali didekat Lisa, anaknya ternyata begitu periang walaupun masih sedikit kaku dan sedikit kagok. Meskipun begitu ternyata Randy mulai merasa senang karena candaan yang di berikan Lisa tadi di perpustakaan.
Bel istirahat berbunyi, Randy pergi ke kantin bersama teman-teman satu kelasnya, sesudah dari kantin Randy pun langsung pergi ke kelas Lisa yang berada 1 kelas di belakang kelas Randy.
“dor..”, Randy mengagetkan Lisa
Lisa sedikit terkejut dan mulai sedikit salah tingkah
“eh Randy, untungnya lem di jantung gue kuat. Kan kalau lepas nanti gak ada gantinya tau”, jawab Lisa dengan detak jantungnya yang mulai berdetak tak beraturan
“bisa kaget juga Lis?”, tanya Randy dengan iseng
“suka-suka loe aja dah. Oh iya kesini mau ngapain?”
“mau becanda sama loe”, melihat ke arah Lisa
“heik? Tumben, biasanya loe udah di kerumunin sama cewek-cewek”
“lah kan tadi di perpus loe bilang, kalau istirahat dateng aja ke kelas gue. Gitu kan, masa udah lupa sih?”
“hehe, iya aja dah biar gak ribet”, jawab Lisa sambil menutup buku yang ada di hadapannya
“waw, loe suka baca puisi juga ya?”
“yep, loe gak suka puisi ya?”, tanya Lisa penasaran
“siapa bilang?”
“gue barusan tadi ngomong”
“iih kamu lucu deh”, dengan nada yang meledek
“kamu juga”, dengan nada dan muka yang meledek
“haha, enak ya ngobrol sama loe. Tapi..”
“tapi apa?”
“masih kaku, sama sedikit kagok. Santai aja kali ngobrol sama gue”
“siapa juga yang kaku sama kagok ngobrol sama loe”
“mungkin karna gue cakep kali ya, jadi loe kagok gitu”
“whatever you say lah”, sambil tertawa kecil ke arah Randy
“hehe, rumah loe dimana sih?”, tanya Randy sambil melihat ke arah Lisa
“ke arah apotik bersama”
“oh, dari depan sekolah langsung belok kiri ya”
“yep, kenapa mau nganterin gue pulang?”
“boleh aja kalau loe mau”
“wew, pede gilak loe gue mau”
“serius gue, mau kagak?”, tawar Randy dengan sedikit serius
“ah tau ah, gih sana loe pergi udah bel tuh. Nanti kagak boleh masuk kelas loh”, dengan nada iseng
“yah gue di usir. Nanti gue tungguin di depan gerbang sekolah ya”, sambil pergi dari tempat duduk dan meninggalkan kelas Lisa
Detak Jantung Lisa pun semakin berdetak tak senada dan terus berpacu semakin cepat dan kencang. Rasanya seperti susah sekali bernapas, kejadian yang tak diduga itu tertanyata sungguh terjadi pada diri Lisa. Lisa tersenyum sendiri sepanjang pelajaran Bahasa Indonesia. Dia terus mengingat-ingat kejadian kejadian di jam istirahat tadi.
Bel pulang sekolah pun berbunyi, Lisa keluar kelas bersama teman-teman akrabnya. Sebelum keluar dari lingkungan sekolah, Lisa dengan keempat temannya pergi mengembalikan buku ke perpustakaan. Sesudah dari perpustakaan Lisa dan teman-temannya pergi, dan pulang ke arah rumah masing-masing. Tetapi ada kejutan yang membuat Lisa bingung dan membuat teman Lisa tercengan.
“Hey Lisa mau pulang bareng ga?”, tawar Randy yang duduk diatas motor vixion berwarna hitam
Lisa dan temannya sedikit bingung dan tercengang
“Pulang bareng”, sentak semua teman Lisa
“Iya, Lis arah rumah kita sama loh”
“Serius loe mau nganterin gue pulang?”, tanya Lisa dengan sedikit tidak percaya
“Gue serius Lis, ngapain gue ngibulin loe. Kurang kerjaan amat, mau gak?”
“Ya udah gih sana, lagian kan arah rumah yang Cuma loe doang Lis”, ketus salah satu teman Lisa
“Gue kan berat, emang gak apa-apa?”
“Ya elah emang loe sama pretty asmara berattan siapa sih?”, sambil tertawa kecil
“Ya udah Lisa pulang bareng Randy aja. Kita-kita duluan ya. Daa Lisa”, semua teman Lisa serentak meninggalkan Lisa
“Gimana mau kaga?”
“Ya udah deh. Tapi benerkan gak ngerepotin?”
“Iya Lisa, orang gue yang nawarin kok”, sambil menyalakan stater motornya
Lisa pun kembali merasakan detak jantungnya yang deg-degan. Tak terpikirkan oleh Lisa bahwa hanya melalui percakapan yang singkat dan kejadian yang sekali, bisa langsung sedekat ini. Selain itu juga, tak di bayangkan kalau bisa jadi sedekat ini dengan seseorang yang disukainya. Begitu senang tak tertahankan, begitu bahagia tak terekspresikan. Rasanya terus berdebar-debar, serasa jantung mau copot dan sesak napas yang membuat kekurangan oksigen.
Begitu pun pada Randy, seorang yang penuh kejutan dan nekad. Randy merasakan hal yang sejak pandangan pertamanya dengan Lisa di perpustakaan. Sepanjang jalan menuju ke tempat latihan Randy sudah berpikiran akan membuat sebuah kejutan besok pagi di meja Lisa. Randy berniat akan membuat sebuah puisi untuk Lisa, karena yang Randy kalau Lisa begitu menyukai puisi, jadi dia berniat untuk membuat puisi dan menaruhnya di atas meja Lisa.
Keesokkan paginya, Randy berangkat ke sekolah begitu pagi karena dia ingin memberikan kejutan yang berupa sebuah puisi untuk Lisa. Sebuah amplop yang berwarna pink dan kertas yang berwarna biru. Randy masuk ke dalam ruang kelas Lisa dan menaruh kertas yang berisikan puisi itu dengan rapi di dalam laci meja Lisa, sesudah itu Randy langsung ke luar dari ruang kelas Lisa dan menuju ke ruang kelasnya sendiri.
Sekitar pukul setengah tujuh, Lisan dan teman-temannya pun baru tiba di sekolah dan langsung menuju ke ruang kelasnya. Lisa yang terus berbincang dengan temannya belum menghiraukan laci mejanya. Jam pelajaran pun di mulai, tidak sengaja Lisa menaruh buku ke laci mejanya lalu tiba-tiba tanganya merasakan ada susatu di dalam lacinya. Dengan penasaran di ambilah amplop yang berwarna pink itu, tanpa ada nama pemberinya hanya memberikan inisial Y pada ujung atas sebelah kanan amplop.
Dibukanya dengan perlahan amplop itu oleh Lisa, dengan rasa penasaran dan heran Lisa akhirnya membuka amplop tersebut dan membuka lipatan demi lipatan kertas yang berwarna biru dan mulai membaca sebuah tulisan indah nan panjang tersebut yang berisikan sebuah puisi buatan Randy
Cinta Pandangan Pertama Ku
Pertemuan pertama ini berawal di perpustakaan
Rasa itu muncul dari perbincangan yang singkat
Meskipun begitu, setiap bersamanya begitu nyaman
Meskipun baru saja aku rasa itu bisa dibilang singkat
Tapi, getaran dalam hati ini tak mungkin berbohong
Setiap melihat senyumnya membuat jantung ini berdetak tak senada
Dari Jantung, turun ke hati
Begitulah dapat dikatan, perasaan ku terhadap dirimu
Meskipun ini terlalu cepat, tapi izinkan aku
Untuk mencintai mu, cinta pandangan pertama ku
Mau kah kamu menjadi cinta pandangan pertama ku juga?
Izinkan aku terus melihat senyum itu
Izinkan aku merasakan kenyamanan mu itu
Izinkan aku juga untuk terus berbincang dengan mu
Lisa kau cinta pandangan pertama ku
Kutunggu jawab mu di perpustakaan tempat kita dipertemukan
Setelah membaca puisi yang mebuat hati Lisa kembali berdetak tak senada. Kembali tepikir kan lagi beberapa pertanyaan yang mebayangai pikiran Lisa, apakah ini semua sungguhan? Atau hanya permain belaka? Tapi apa mungkin seseorang yang begitu banyak diperebutkan banyak wanita di sekolah ini menyukai orang seperti ku?. Beberapa pernyataan yang terus-menerus terpikirkan oleh Lisa
Dengan tekad dan rasa penasaran akhirnya pada pulang sekolah pun Lisa pergi menemui Randy di perpustakaan. Ketika masuk ke dalam perpustakaan ternyata Randy sudah berada terlebih dahulu di dalam perpustakaan sambil menggeletakkan kepalanya di atas meja.
“hey, udah lama nunggu”, sambil menepuk punggung Randy
“eh, gue kira loe gak bakalan dateng kesini”
“mana mungkin, kan puisinya udah gue baca. Makasih ya puisinya”, duduk di bangku sebelah Randy
“sama-sama, jadi gimana?”, tanya Randy dengan sedikit penasaran
“gimana apanya?”
“jawaban loe apa? Gue diterima gak?”
“oh tentang itu. Emang beneran loe suka sama gue? Kan gue gak cantik, gak terlalu pinter, gak terlalu sepopuler loe, atau apa gue cuma jadi buat pelampiasan atau mainan loe aja?”, tanya Lisa dengan nada yang sedikit gugup
“astaga! Lisa pikiran loe tuh jauh banget ya. Mana mungkin cewek baik kayak loe mau gue jadiin pelampiasan sama mainan gue, kurang kerjaan banget gue bikin puisi dan ujunngnya hanya untuk jadiin loe pelampiasan sama mainan”, jelas Randy sambil menatap wajah Lisa, yang sedang tertunduk
“jadi itu semua gak ada maksud lain, selain loe beneran suka sama pada pandangan pertama loe itu?”
“ini bener Lis, puisi itu bukti dari isi hati gue buat loe. Dari mata turun ke hati, gue suka sama loe Lis, gue jujur Lis”
“apa istimewanya gue?”
“loe asik, enak di ajak ngobrol walau pertama kenal loe masih sedikit kaku. Tapi setiap deket sama loe tuh rasa nyaman”
“jadi itu semua beneran, gak ada maksud lain kan?”
“iya Lisa, gue suka sama loe. Sekarang pertanyaan gue sama loe, mau gak loe jadi pacar gue?”
Lisa terdiam sejenak
“Lis?”
“Iya gue ngerasa yang sama kok, walaupun gue udah suka sama loe dari dulu. Jadi sekarang gue gak mau buang kesempatan itu, dan ternyata loe mau terima gue apa adanya”
“Jadi loe mau jadi pacar gue?”, sambil berdiri dari tempat duduknya
“Iya”
Randy memeluk Lisa yang masih duduk. Lisa pun bangun dan membalas pelukkan Randy yang hangat dan erat memluk dirinya. Apa yang tidak di sangka-sangka oleh Lisa pun terjadi, ternyata Randy seseorang begitu disukainya ternyata juga menyukainya, tak disangka juga ternyata Randy ternyata menerima dirinya yang apa adanya.
Dari mata turun ke hati, begitulah cinta pandangan pertama yang dirasakan Randy. Puisi cinta yang diberikan untuk Lisa, merupakan curahan hatinya pada Lisa ketika pertama kali bertemu dan berbincang dengan Lisa. Akhirnya mereka berdua menjadi sepasang keksih yang romantis, unik, dan banyak disukai temen-teman disekolahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar