Perasaan Diva terhadap Albert semakin hari semakin berbeda. Perasaan yang terkadang membuatnya sulit bernapas itu mulai memudar. Apakah ini pertanda bahwa sebenarnya Diva tidak memiliki perasaan pada Albert? Lalu bagaimana dengan salah satu teman abang Diva yang sedang mendekati dirinya? Bagaimana respon Diva terhadapnya? Apa benar Albert sudah menyatakan perasaannya pada Diva? Kalau memang ia, apa jawaban Diva?
14 September
Hay diary, apa kabarnya? Baru hari ini aku bisa
nulis diary lagi, setelah beberapa hari kamu aku lupain. Banyak cerita yang
terjadi selama beberapa hari kemarin diary.
Akhirnya Albert pun ngasih tau tentang perasaannya.
Selama lima hari kemaren ada booth camp dari sekolah untuk LDK calon anggota
baru OSIS. Selama beberapa malam di bumi perkemahan, Albert deket banget
rasanya sama aku. Kalo mau di tanya seneng, itu seneng banget! Rasa itu muncul
lagi diary. Gak tau kenapa debar jantung yang kenceng setiap deket dia, itu
udah memudar. Tapi rasa gugup itu masih selalu hadir kalo laki deket sama
Albert. Banyak moment sweet yang terjadi selama booth camp, mungkin karena aku
panitia dan Albert juga panitia dalam satu team, jadinya kita saling
bareng-bareng terus.
Pas malem saat-saat terakhir. Albert nyatain
perasaannya sama gue dan itu pas kita lagi berduan. Dia ceritain semua rasanya
sama gue. Dan anehnya diary, kok gue gak ngerasain perasaan apa yang gue rasain
waktu pertama kali bisa deket sama dia. Makanya gue sekarang lagi bingung. Pas
dia bilang suka sama gue, sentak gue bingung. Getaran tubuh gue, itu gak ada
sama sekali. Getaran dimana rasa degub jantung yang berpacu cepat, dan saraf
adrenalin gue yang bekerja 2 kali lebih teransang. Itu sama sekali gak gue
rasain saat Albert bilang suka, cinta, bahagia, seneng, sama pengen gue jadi
orang istimewanya. Oh diary, apa yang harus gue lakuin? Ini stuck moment
banget. Dan diary tau gak, pas Albert minta respon gue. Dia langsung gue
tinggalin dan sampai saat ini gue masih butuh waktu untuk merenung buat ngambil
keputusan yang pasti. Karna gue siap jatuh cinta, tapi gak siap patah hati.
Selain itu juga diary. Ini perasaan ini baru muncul
saat-saat ini. Disaat gue lagi bareng sama temen abang gue itu. Dia, jemput gue
pas pulang dari acara sekolah. Karna abang gue ga bisa, ortu gue ada urusan dan
gak mungkin Albert, kan dia lagi capek. Aduuh kok kalo sama temen abang gue
ini, rasanya kok ruang bernapas gue makin mengecil. Apa ini baru namanya jatuh
cinta? Beda sama yang gue rasain sama Albert. Haduh diary, randomnya kali ini
udah tingkat dewa.
15
September
Ya ampun diary kejadian itu terulang lagi. Tadi pagi
pas mau kesekolah, gue dijemput lagi sama temen abang gue itu. Arkh, kok setiap
sama dia rasanya tuh gue gak berani yang namanya megang dia erat-erat. Rasanya
gue butuh ruang napas yang luas, biar gue gak perlu merasakan detak jantung
yang bikin gue sulit bernapas. Berarti bener, yang abang gue pernah bilang.
Yang namanya rasa jatuh cinta sama mengagumi itu beda. Jatuh cinta itu, kita
bisa dibikin bener-bener gila dan skakmat. Tapi kalo mengagumi itu, kita cuman
seneng dideketnya dan ingin memiliki aja, gak ada rasa berlebih yang bikin kita
hampir gak berdaya. Apa jangan-jangan, rasa yang gue rasain saat ini jatuh
cinta sama temen abang gue? Haduuh jangan, dia terlalu ganteng dan terlalu
deket sama abang gue.
Terus tadi disekolah, lagi-lagi Albert dateng
nyamperin gue dan ngajak gue ngobrol berduaan di taman. Dugaan gue pun bener,
kalo tenyata, dia minta jawaban atas pertanyaan yang dia tanyain ke gue waktu
booth camp kemaren. Haduuh diary, lagi-lagi gue ngelak dan bener deh atmosfer
yang gue rasain waktu sama Albert juga temen abang gue itu berbanding 180
derajat dan itu rasanya beda banget. Kalo deket Albert sekarang, rasanya mau
lari aja jauh-jauh. Tapi kalo lagi deket sama temen abang gue, rasanya kaya
magnet yang berbeda kutub yang selalu tarik menarik. Pokoknya gue harus
nyiapapin jawaban yang tepat untuk ngasih kepastian yang pasti buat Albert.
Biar gak ada penyesalan dan keputusan yang salah.
22 September
Diary, aku semakin terlarut sama rasa bimbang ini. Gue semakin hari semakin bingung sama perasaan ini sendiri. Kalo merespon rasanya Ka Seno, temen abang gue itu. Gue takut nyakitin Albert, gue gak mau menjauh dari dia, udah susah payah gue buat deket. Masa cuman karna harus memilih, gue harus nyakitin satu diantara mereka, gue gak mau kayak begitu. Sulit yah Diary kalo kita terjebak diantara dua pilihan dan kita harus menentukannya satu saja. Rasa takut kehilangan itu ada, takut menyakiti itu pasti dan takut kecewa atas keputusan sendiri itu semakin kuat.
Apa ingin memiliki keduanya itu salah? egois itu pasti jawabannya. Tapi kenapa harus ada dua, disaat aku hanya membutuhkan satu saja? ini benar-benar membuat bingung. Jawaban atas pertanyaan Albert aja, sampai saat ini masih belum bisa aku jawab. Aku takut kalau semakin berlarut-larut, takut dia menyangka kalo aku menggantungkan harapannya. Tapi mau bagaimana lagi Diary? Rasa ku sekarang semakin melekat sama Ka Seno. Seseorang tak disangka muncul dan mendekat disaat yang bersamaan dengan Albert. Dan semakin aku sering bersama ka Seno, rasa yang aku alami saat pertama kali bersama Albert itu muncul. Tetapi disaat aku dekat Albert rasa seperti itu gak ada, bener-bener gak ada sama sekali. Jadi untuk memilih satu diantara mereka aku butuh banyak waktu sebelum nanti memutuskan yang pasti dan tidak akan menyasal atas keputusan yang aku tentukan nantinya.
3 Oktober
Udah hampir 2 minggu ini gue menjauh dari Albert. Bukan menghindar, bukan mau lari dari kenyataan, tapi butuh waktu untuk memastikan hati ini. Dan hal yang gak disangka itu kejadian. Ka Seno pun juga menyatakan hal yang sama yang dilakukan oleh Albert. Ini semakin rumit, membingungkan dan memusingkan. Hingga Akhirnya aku beranikan hari ini, untuk menjawab pertanyaan dari kedua orang tersebut. Kepada Albert, aku berikan alasan yang sungguh tak disangka dia mau menerimanya dengan pikiran yang logis. Aku berikan jawaban sama Albert "lebih baik kita temenan. Temen itu bisa ngelakuin hal yang lebih menarik. Gak perlu ada cemburu, gak perlu ada sakit hati, yang ada saling mendukung dan menolong satu sama lain. Jadi hal yang kita lakuin saat-saat ini adalah berteman aja yuk, gak ada yang lebih indah selain berteman baik yang bisa selamanya, dibanding pacaran yang nanti sakit satu sama lain dan menjauh. gimana? kamu mau jadi sahabat aku buat waktu yang lebih lama?" itulah alasan yang aku kasih ke Albert. Alhasil, dia pun menerimanya dengan senang dan kita berdua pun sahabatan.
Masih ada satu lagi yaitu Ka Seno. Aku juga memberikan alasan yang sama dia. "kita temenan aja. aku siap berteman sama siapa pun. bila nanti akhirnya jatuh cinta, aku mau nerimanya tapi jangan sekarang. karna aku belom kenal kamu banget. Dan bila nanti kita pisah, jangan pernah menghilang dan jadilah sahabat meskipun pernah ada cinta diantara kita dan pernah ada sakit diantara kita berdua. Kamu mau kan kenal dan deket sama aku untuk saatnya tiba nanti aku bisa terima cinta kamu?", dan jawaban seperti ini pun diterima juga sama Ka Seno. Ahh senangnya Diary, hal serumit ini bisa aku selesaikan meskipun dengan waktu pikir panjang yang lama. Dan sekarang aku seneng, gak ada satu pun dari mereka berdua yang merasa disakitin dan di beri harapan palsu. Ini lah hasil pikir panjang lama yang membuahkan keputusan yang baik.
Akhirnya hal yang di takutkan Diva pun bisa terselesaikan dengan sempurna. Tanpa harus taku dia kehilangan dua diantaranya dan menyakiti keduanya. Kini hari-harinya lebih indah dibanding beberapa hari yang dilaluinya dengan kebimbangan perasaanya. Dan tinggal Diva memantapkan saja rasa hatinya kepada siapa dan menyiapkan hatinya untuk siap patah sati suatu saat nanti. Karna hal yang enak di dunia ini itu bersahabat di banding pacaran. Lebih enak langsung nikah dibanding pacaran. Karna kalo pacaran itu jarang dari mereka yang udah putus bakalan deket lagi dan menjalin perteman yang lebih erat. Sekian cerita The Visionaries Diary ini. semoga tertarik sama ceritanya.
---------- THE END ---------